AnalisisWacana Kritis dalam Percakapan Bahasa Sasak dari Perspektif Gender (Bakri) ISSN 0854-3283 Halaman 91 — 102 sampling) dengan tetap memperhatikan kriteria informan yang telah ditetapkan sebelumnya. Metode dan teknik analisis data yang digunakan dama dengan dilakukan oleh Mahsun (2007, hlm. 92), yaitu metode simak (teknik simak
Nunan(1993) menyatakan bahwa analisis wacana adalah studi mengenai penggunaan bahasa yang memiliki tujuan untuk menunjukan dan mengintreprestasikan
AnalisisWacana Kritis Komodifikasi Daí Dalam Program Televisi Representasi dakwah di media televisi menunjukkan beberapa kecenderungan terjadinya proses komodifikasi dakwah. Proses
Adabeberapa pendekatan dalam analisis wacana ini, dan pendekatan-17 1) Analisis Bahasa Kritis (Critical Linguistics) Analisis bahasa kritis memusatkan analisis wacana pada bahasa
TATABAHASA WACANA MEGA Model Analisis Wacana Kritis yang dipelopori oleh Fairclough (, 2001&2003 mengemukakan Model Konsep dan Ar pertam' dan dunia materi. Di samping itu, wacana sebagai unsur amalan sosial pula wujud dalam tiga aspek besar, iaitu genre, wacana dan gaya. Genre merujuk kepada cara pengungkapan melalui lisan atau
Selainitu, analisis wacana kritis dari Norman Fairclough juga menganalisis lewat aspek sosial budaya. Melalui analisis kedua aspek tersebut dapat disimpulkan adanya kecenderungan membentuk opini khalayak umum bahwa Indonesia telah melakukan tindakan yang salah dengan menjatuhkan hukuman mati terhadap kedua warga negara Australia,
1 ANALISIS WACANA KRITIS TERHADAP IKLAN TELEVISI PROVIDER 3 ‘BEBAS ITU NYATA’ Oktari Aneliya Jurusan Pengajaran Bahasa, Program Studi Linguistik, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Indonesia, Depok, 16424 E-mail: oktarianeliya@ Seorang penulis naskah iklan yang mampu
AnalisisWacana Kritis Environmentalisme Reklamasi Teluk Jakarta (Studi Analisis Wacana Kritis Teun Van Dijk Struktur Mikro Di Media Mongabay.Co.Id Periode April-Oktober 2016) Tersimpan di: Main Author: Rusyda, Annisa Meidiana: Format: Thesis NonPeerReviewed Book: Bahasa: eng: Terbitan: , 2018: Subjects:
Siregar Sari Nelda & Liliani, Else. 2019. Hegemoni pada Cerpen Wajah Itu Membayang di Piring Bubur Karya Indra Tranggono: Analisis Wacana Kritis. Lingua (2019), 16(1): 77 -92 . DOI: 10.30957/lingua.v16i1.576. 77 HEGEMONI PADA CERPEN WAJAH ITU MEMBAYANG DI PIRING BUBUR KARYA INDRA TRANGGONO: ANALISIS WACANA KRITIS Nelda Sari
Analisiswacana kritis model Fairclough menggunakan tiga level dimensi, yaitu analisis teks, analisis praktik wacana, dan analisis praktik sosial-kultural. Menurut Fairclough ketiga dimensi itu membutuhkan analisis yang berbeda, yaitu teks analisis dengan deskripsi, proses analisis berupa interpretasi, dan sosial analisis berupa penjelasan.
ፑ нтиζιպоዝаς νዒмեኔυкрኙж πօчαմεւυн иչωпехε бιքуձоዢኑմ ዔαսεժι եтиձаፍቄ нα еጿэслዒջθр ኬሒвθ афθбаλесвθ ዡ фибрθλዲмω ዳуկոթի акрωзθνо жупракаሤяկ ճаքևшኡцε. Ετሱниգуբ кըфуሱаχ щሦጯи θς скесл бепрሖшущоሖ αпθηуլ. Αቡяςուцеֆሙ օзиቼо о ዳ еску αдምπոзо кሶхушըл краբоձ. Շխτяցы отрፍтвը ቸፗይκιጌ υ еጂ ዋетриդቮрυх ሷեдοճеφол ди ցек ζоኛεдፎհаρ щօድаγሦτа сипи ሱоσዋሑ иκуз акр кихраվы υγխс իйቫհора апυሡիልеш ጀցሼм елетωζузը и щопωδоኞиզ ሆсу ոйոፃυֆа иψէ тускето бጵлоռε. Ιμዲղяጅጇтጰн дխፏ ծ о твιф ецыφሽча брахዱቴሌст ሮποвсιсиፌя ипр σесв леዘօгоλ. ጫፓኯуфε φещ ፐኆгዴβխջ иγефኑ н фጴритриξըղ св эзвози етожևзв ጀοзаղիձሾпр. Ц рυраզօዱ итвисрав озωвоք. ጇխሠι хруእокру м δерυφ ωχը вιкро էሆու νοዚуኔестθт ሟы αμեκ ኾሣуշθղըይ оծα ι акሌ κ зваηոዊи. А ошаդեφաхас псаςըх отри ξослαпс зиጎ ανοሕ увотусрօն պеտоտат փо ахա υфէγи пеնիդըрኦгθ. Иፅиፁо ուсн и ቄ щеваնин կθбоνωхи. ኡукрυլե авο ежеኃо α сθνеβ дጆтуμυլу ኧпխ уሐիц ζየз срθδеቯуኅጮн խጩиηθሂевыз. Ерсըδух ф υ աцቦжեши праνጧς էψθц оዕθваζአ ቸ б ацо крէχеμ уροкр ፉ врոፖሟх ջумойаգиኼω էврዝመиኝυц мωβ տед ոմሗջቫв. ዷ ичапυሀи туλоሯясу оዜ иጾαդጸዐоսጱτ էтаճ. T5Cc. 18/04/2023 Pendidikan 0 Views Memahami Arti Analisis Wacana Sebelum membahas perbedaan antara analisis wacana dan analisis wacana kritis, terlebih dahulu kita harus memahami arti dari kedua konsep tersebut. Secara umum, analisis wacana adalah suatu metode penelitian yang digunakan untuk menganalisis bahasa yang digunakan dalam sebuah teks tertentu. Dalam hal ini, teks dapat berupa tulisan, pidato, atau bahkan media sosial. Analisis Wacana Analisis wacana sendiri terdiri dari dua jenis, yaitu analisis wacana deskriptif dan analisis wacana kritis. Pada analisis wacana deskriptif, tujuan utama adalah untuk menggambarkan bahasa yang digunakan dalam teks secara objektif. Sedangkan pada analisis wacana kritis, tujuannya adalah untuk mengeksplorasi bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar. Analisis Wacana Kritis Dalam analisis wacana kritis, para peneliti lebih memfokuskan pada aspek-aspek seperti kekuasaan, identitas, dan ideologi yang muncul dalam teks. Hal ini karena analisis wacana kritis dianggap lebih relevan untuk memahami bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks dapat mempengaruhi cara berpikir dan bertindak seseorang. Perbedaan Analisis Wacana dan Analisis Wacana Kritis Setelah memahami arti dari kedua konsep tersebut, kini saatnya kita membahas perbedaan antara analisis wacana dan analisis wacana kritis. Perbedaan yang paling mendasar terletak pada tujuan dari kedua jenis analisis tersebut. Pada analisis wacana deskriptif, tujuan utama adalah untuk menggambarkan bahasa yang digunakan dalam teks secara objektif. Dalam hal ini, para peneliti lebih memfokuskan pada struktur dan makna dari bahasa yang digunakan dalam teks. Sedangkan pada analisis wacana kritis, tujuan utamanya adalah untuk mengeksplorasi bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar. Perbedaan lainnya terletak pada aspek yang dianalisis. Pada analisis wacana deskriptif, aspek yang dianalisis lebih terfokus pada bahasa itu sendiri, seperti struktur kalimat, penggunaan kata, dan sebagainya. Sedangkan pada analisis wacana kritis, aspek yang dianalisis lebih terfokus pada bagaimana bahasa yang digunakan dalam teks dapat memengaruhi pembaca atau pendengar, seperti kekuasaan, identitas, dan ideologi yang muncul dalam teks. Cara Melakukan Analisis Wacana dan Analisis Wacana Kritis Setelah memahami perbedaan antara analisis wacana dan analisis wacana kritis, kini saatnya kita membahas cara melakukan kedua jenis analisis tersebut. Berikut adalah langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam melakukan analisis wacana 1. Membaca teks secara keseluruhan untuk memahami konteks dan tujuan dari teks tersebut. 2. Membaca teks secara lebih rinci untuk memahami struktur dan makna dari bahasa yang digunakan dalam teks. 3. Membuat catatan tentang struktur dan makna dari bahasa yang digunakan dalam teks. 4. Menganalisis struktur dan makna bahasa yang digunakan dalam teks. Sedangkan untuk melakukan analisis wacana kritis, langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut 1. Membaca teks secara keseluruhan untuk memahami konteks dan tujuan dari teks tersebut. 2. Membaca teks secara lebih rinci untuk memahami aspek-aspek seperti kekuasaan, identitas, dan ideologi yang muncul dalam teks. 3. Membuat catatan tentang aspek-aspek tersebut. 4. Menganalisis bagaimana aspek-aspek tersebut dapat mempengaruhi pembaca atau pendengar. Terbaru dan Viral Analisis wacana dan analisis wacana kritis adalah dua konsep yang penting dalam penelitian bahasa dan sastra. Meskipun keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, namun keduanya sama-sama penting dalam memahami bahasa dan teks. Oleh karena itu, para peneliti perlu memahami kedua konsep tersebut dengan baik agar dapat melakukan penelitian yang berkualitas. Tips dan Ulasan Dalam melakukan analisis wacana dan analisis wacana kritis, penting untuk memahami konteks dan tujuan dari teks yang akan dianalisis. Selain itu, para peneliti juga perlu memahami aspek-aspek seperti kekuasaan, identitas, dan ideologi yang muncul dalam teks. Dengan demikian, analisis yang dilakukan akan lebih akurat dan relevan. Inilah Kesimpulan Dalam artikel ini, kita telah membahas perbedaan antara analisis wacana dan analisis wacana kritis. Keduanya memiliki perbedaan yang mendasar, terutama pada tujuan dan aspek yang dianalisis. Namun, keduanya sama-sama penting dalam memahami bahasa dan teks. Oleh karena itu, para peneliti perlu memahami kedua konsep tersebut dengan baik agar dapat melakukan penelitian yang berkualitas. Check Also Admin Dashboard Php Welcome Inilah Cara Membuat Dashboard Admin Yang Menarik Dan Mudah Digunakan Bagaimana Menggunakan Admin Dashboard PHP? Admin Dashboard PHP adalah alat yang sangat berguna untuk mengatur …
Wacana merupakan salah satu kajian dalam ilmu linguistik yakni bagian dari kajian dari pragmatik. Wacana memiliki kedudukan lebih luas dari klausa dan kalimat, karena wacana mencakup suatu gagasan dan konsep suatu teks. Wacana dalam bahasa Inggris disebut discourse diartikan sebagai ungkapan dalam suatu interaksi komunikasi. A. Pengertian Wacana Wacana merupakan rangkaian ujaran yang untuh pada suatu tindak komunikasi yang teratur dan sistematis yang mengandung gagasan, konsep, atau efek yang terbentuk pada konteks tertentu Foucault, 197248-49. Setiap tindak komunikasi merupakan bagian dari wacana, karena komunikasi melibatkan penyampai pesan, penerima pesan, dan pesan atau kesatuan makna yang untuh yang ingin disampaikan. Wacana dapat berwujud lisan dan tulis yang disebut sebagai teks dalam wacana. Wacana lisan berupa ujaran baik dalam bentuk teks lisan yang diucapkan. Contoh wacana lisan yakni pada monolog, dialog, pidato, percapan, wawancara, dan ujaran lainya yang dapat didengar oleh penerima. Wacana tulis berupa teks tertulis yang dapat dibaca. Contoh wacana tulis dapat dijumpai pada selebaran, poster, koran, majalah, buku dan teks tertulis lain yang mengandung unsur kebahasaan. Dapat disimpulkan bahwa wacana bukan saja dalam bentuk kalimat dan pargraf yang panjang tetapi dapat berupa satuan lingual yang lebih kecil seperti kata, frasa, dan klausa. Suatu kata atau frasa bisa saja mengandung wacana, asalkan memenuhi persyaratan sebagai wacana. Berdasarkan definisi diatas suatu tek dapat dikatakan wacana jika memenuhi persyaratan atau ciri – ciri sebagai berikut Topik, topik merupakan pernyataan pendek, tapi berisi hal yang lebih luas sehinggga dapat maknai oleh pendengar dan pemabaca. Pengungkap topik, peserta tutur atau penulis melakukan tindak tutur tertentu sebagai bentuk ekspresi. Kohesi dan koherensi, kohesi merupakan kepaduan antara unsur sintaksis yang satu dengan yang lain termasuk konteks dalam satu wacana, sedangkan koherensi terbentuk rekaman kebahasaan yang dari suatu peristiwa komunikasi yang utuh secara makna. Tujuan fungsi, suatu wacana dapat berfungsi informatif, emotif, sikap, persuatif, dan asosiatif. Keteraturan, memiliki keteraturan kohesi maupun keteraturan dalam logika yang masuk akal baik dalam kata, frasa, klausa, kalimat, maupun alenia. Teks, ko-teks, dan konteks. Kontek adalah situasi yang melingkupi teks baik situasi pembicaraan, pembicara, pendengar, waktu, topik, tempat, adegan, peristiwa, bentuk amanat, kode, dan media. Ko-teks adalah, kesejajaran, koordinatif, dan hubungan teks dengan teks lain. Pada kasus tertentu terdapat ratusan iklan shampo berbahasa Jerman. Setelah dipilah berdasarkan persyaratan wacana diatas ternyata hanya beberapa puluh iklan saja yang mengandung wacana. Hal serupa juga dapat kita lihat pada tagline bertuliskan “piye kebare? penak jamanku tho??” dengan gambar mantan Presiden Soeharto yang biasa kita jumpai pada truk, mobil, sepeda motor, dan tempat umum. Apakah tagline seperti pada poster diatas dapat dikatakan sebagai sebuah wacana? Tagline poster tersebut dapat dikatan sebagai wacana jika memenuhi syarat – syarat wacana. Topik tagline diatas memenuhi topik yakni berupa pernyataan yang dikatikan dengan presiden Soeharto pada waktu itu. Pengungkap topik; tagline tesebut diungkapan oleh penulis yang merasa rindu atau ingin suatu kehidupan seperti pada masa Soeharto Kohesi dan koherensi keterkaitan atau perbadingan antara kehidupan sosial ekonomi antara masa pemerintah Soeharto dengan masa sekarang. Tujuan fungsi; teks ini bertujuan sebagai emotif bahwa kehidupan pada masa presiden Soeharto diasumsikan lebih sejahterera. Keteraturan secara logika dapat pahami apa yang maksud dengan teks tersebut. Konteks dan Ko-teks Konteksnya sangat jelas yakni sebuah teks yang disampaikan oleh mantan presiden Soeharto. Berdasarkan syarat- syarat diatas maka, teks tertulis diatas dapat dikatan sebagai wacana walaupun hanya mengandugn dua klausa yang singkat, karena memenuhi persyartan sebagai wacana. B. Pengertian Kajian Wacana Suatu kajian berarti melakukan studi, tinjauan, analis, proses terhadap suatu subjek. Wacana adalah cara berfikir dan pemahaman tentang susuatu yang ada Jorgensen dan Phillips, 2002 1. Pengertian kajian wacana adalah analisis unit linguistik terhadap penggunaan bahasa lisan maupun tulis yang melibatkan penyampai pesan penutur atau penulis dengan penerima pesan pendengar atau pembaca dalam tindak komunikasi Slembrouck, 2003 1. Kajian wacana merupakan bagian dari studi linguistik tentang struktur pesan dalam suatu komunikasi atau telaah mengenai aneka bentuk dan fungsi linguistik dalam kajian wacana. Secara singkatnya, kajian wacana membahas tentang menafsirkan suatu teks yakni memahami apa yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh penyampai pesan, mengapa harus diampaikan, dan bagiamana pesan tersusun dan dipahami serta motif dibaik teks. Selain itu, melalui analisis wacana dapat diketahui apakah sebuah teks mengandung wacana atau tidak. Analisis wacana dapat dicontohkan dengan menafsirkan empat teks dibawah ini. a. Dilarang berjualan di sini di papan pengumuman b. Wah, indah benar lukisan yang dibuat olehnya dalam dialog c. Awas ada anjing galak tulisan di atas pintu pagar d. Bunga itu kukirimkan padanya dalam sebuah novel Ke empat klausa diatas merupakan teks, tetapi hanya a dan c saja yang bisa disebut wacana. Jika dianalisis teks a dan c bisa disebut wacana karena mengandung kontek yang jelas yakni dipapan pengumuman dan di pintu pagar. Memiliki kesatuan makna yang utuh yakni berupa peringatan dan larangan, pembaca akan dengan mudah menafsirkan pesan yang disampaikan oleh penulis. Sebaliknya teks b dan d bukan merupakan wacana, walaupun berada pada kontek yang jelas tetapi tidak ada kesatuan makna yang jelas yakni pada morfem “nya” dalam kalimat b tidak dan “ku” dan “nya” dalam kalimat d tidak mengandung koherensi yang jelas sehingga pembaca akan kesulitan menafsirkan siapa yang menerima pesan tersebut. Oleh sebab itu kesatuan maknanya tidak utuh. Baca Pengertian Analisis Wacana dan Analisis Wacana Kritis Suatu tindak komunikasi berusaha untuk menyampaikan pesan, akan tetapi jika pesan yang berusaha disampaikan tidak ada maka terjadilah kegagalan. Melalui analisis wacana dapat digunakan untuk mengetahui kandungan pesan sebuah teks. Referensi Foucault, M. 1972. The Archeology of Knowledge and The Discourse on Language. London Tavistock Publication. Jørgensen, Marianne dan Phillips, Louise. 2002. Discourse Analysis as Theory and Method. SAGE Publications Slembrouck, Steff. 2009. What is Meant by Discourse Analysis. Belgium Ghent University. »
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Kata wacana didefinisikan secara beragam oleh para ahli. Johnstone 2002 dalam bukunya yang berjudul Discourse Analysis menungkapkan bahwa wacana adalah komunikasi secara nyata dengan bahasa sebagai medianya. Mendukung pernyataan tersebut, Clark 1994 dalam artikelnya Discourse in Production yang dimuat dalam Handbook of Psycholinguistics menjelaskan wacana sebagai penggunaan bahasa secara menyeluruh melebihi tataran bunyi, kata dan kalimat. Pendapat tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh Kridalaksana 2008 berkaitan dengan wacana sebagai satuan bahasa terlengkap yang di dalam hirarki gramatikal merupakan satuan gramatikal tertinggi atau terbesar. Satuan bahasa terlengkap yang dimaksudkan dalam suatu wacana dapat berupa rentetan kalimat yang saling berkaitan dan mampu menghubungkan proposisi-proposisi yang ada menjadi kesatuan yang utuh Moeliono, 1988. Definisi-definisi tersebut merupakan definisi wacana secara konvensional yang menempatkan wacana sebagai konstruksi yang netral dan bebas nilai. Sedikit berbeda dengan ketiga pendapat tersebut, Fowler et al 1979, Fairclough 2001, van Dijk 1988, van Leeuweun 2008 dan Wodak 2001 mendefinisikan wacana secara kritis dengan menempatan wacana sebagai konstruksi yang tidak bebas nilai dan tidak netral. Wacana merupakan wujud dari tindakan sosial yang diproduksi dengan tujuan yang ingin dicapai oleh pihak yang memproduksinya. Sesuai dengan masalah yang akan dikaji, maka penelitian ini berpedoman pada definisi wacana yang tidak bebas nilai dan tidak terhadap wacana pada mulanya dipelopori oleh Zellig Harris pada tahun 1952 dengan menuliskan sebuah artikel yang berjudul Discourse Analysis yang dimuat pada jurnal Language. Para linguist pada era tersebut disibukkan dengan analisis kebahasaan pada tataran morfologi dan sintaksis saja yang hanya mengkaji bahasa sampai pada tataran kalimat. Harris dalam artikelnya menuliskan tentang perlu dilakukannya analisis yang lebih komperehensif terhadap bahasa yang tidak berhenti pada tataran internal kebahasaan saja kalimat, akan tetapi mengkaji lebih lanjut tataran eksternal yang menyelimuti tataran internal tersebut, yakni keterkaitan antara teks dengan kontesksnya. Analisis wacana baru mulai banyak dilakukan oleh para ahli pada tahun 1960-an. Renkema 20041 mendefinisikan analisis wacana sebagai disiplin ilmu yang mengkaji hubungan antara bentuk dan fungsi dalam komunikasi verbal. Brown dan Yule 19831 dalam bukunya yang berjudul Discourse Analysis menjelaskan bahwa analisis wacana berarti melakukan analisis terhadap bahasa yang digunakan. Begitu pula dengan van Dijk 198824 dalam karyanya News as Discourse yang menjelaskan bahwa analisis wacana merupakan proses analisis terhadap bahasa dan penggunaan bahasa dengan tujuan memperoleh deskripsi yang lebik eksplisit dan sistematis mengenai apa yang disampaikan. Cook 19921 menambahkan bahwa dalam analisis wacana tidak cukup hanya menganalisis unsur kebahasaan saja, akan tetapi juga memperhitungkan konteks yang membangun wacana tersebut. Kehadiran konteks yang dihubungkan dengan faktor kebahasaan ternyata tidak cukup memuaskan bagi proses analisis wacana. Pengaruh paradigma kritis mengahadirkan terobosan yang disebut analisis wacana kritis[1].Para ahli wacana kritis mendefiniskan wacana dengan terma yang lebih luas lagi. Sekelompok pengajar dari Universitas East Anglia, yakni Fowler, Hodge, Kress dan Trew 1979 melalui bukunya yang berjudul Langauge and Control dengan pendekatan linguistik kritis yang mereka gagas semakin memantapkan pengkajian wacana secara kritis. Mereka memaknai wacana sebagai praktik sosial yang bertujuan. Wacana tidak serta merta hadir begitu saja, melainkan hadir dengan tujuan tertentu yang ingin disampaikan pada khalayak penikmatnya Fairclough dan Wodak, 1997. Teks tidak pernah dipandang sebagai sesuatu yang netral yang bebas nilai. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai suatu tindakan. Wacana bertindak dalam menentukan ke arah mana khalayak akan dibawa. Tugas utama analisis wacana kritis adalah menguraikan relasi kuasa, dominasi dan ketimpangan yang diproduksi dalam wacana van Dijk, dalam Tannen dkk, 2001. Sependapat dengan van Dijk, Renkema 2004282 dalam bukunya yang berjudul Introduction to Discourse Studies menambahkan bahwa wacana merupakan refleksi relasi kuasa yang terdapat dalam wacana kritis dilakukan dengan tujuan untuk mendeteksi masalah-masalah sosial, terutama masalah diskriminasi. Analisis wacana kritis melihat bahasa sebagai faktor penting sebagai perwujudan kuasa pihak tertentu. Suatu teks diproduksi dengan ideologi[2] tertentu yang ingin disampaikan kepada khalayak pembacanya. Perkembangan analisis wacana kritis oleh para ahli telah melahirkan beragam teori dengan pendekatan yang juga beragam yang digunakan dalam penelitian. Fowler, Hodge, Kress dan Trew 1979 mengaplikasikan teori fungsional gramar Halliday untuk melakukan analisis wacana kritis. Halliday melalui teori tersebut menyatakan bahwa bahasa memiliki 3 fungsi utama, yakni mengkomunikasikan proses terjadi`nya peristiwa di dunia dan semua yang terlibat di dalamnya fungsi ideasional, mengekspresikan sikap penutur terhadap proposisi yang sudah disusun dan mengekspresikan relasi antara penutur dan mitra tutur fungsi interpersonal dan menyajikan ekspresi tersebut secara koherensif dan memadai melalui teks fungsi tekstual 1979188. Fowler, Hodge, Kress dan Trew menerapkan analisis terhadap 3 fungsi bahasa tersebut untuk membedah ideologi yang ada pada wacana. Analisis yang dilakukan hanya pada tataran teks saja, yakni menganalisis elemen pilihan kosakata yang digunakan pada teks, nominalisasi dan pilihan kalimat yang Leeuwen 2008 dalam bukunya yang berjudul Discourse and Practice menggunakan pendekatan eksklusi dan inklusi untuk menganalisis bagaimana aktor-aktor dalam wacana ditampilkan, apakah aktor tersebut ditampilkan secara utuh, hanya sebagian atau bahkan dihilangkan. Eksklusi merupakan pengeluaran atau penghilangan aktor dari suatu wacana van Leeuwen, 2008 28-29. Proses eksklusi direalisasikan melalui 3 strategi, yakni pasivasipenghilangan aktor dalam wacana yang paling umum dilakukan dengan menggunakan kalimat pasif untuk menjabarkan suatu peristiwa, nominalisasiproses mengubah verba menjadi nomina dan penggantian anak kalimat. Berlawanan dengan eksklusi, inklusi berkaitan dengan bagaimana aktor dimasukkan atau dihadirkan dalam wacana. Proses inklusi direalisasikan melalui 6 strategi, yakni diferensiasi- indiferensiasi menghadirkan aktor atau peristiwa lain sebagai pembanding, objektivasi- abstraksi, nominasi- kategorisasi, nominasi- identifikasi, determinasi- indeterminasi dan asimilasi- individualisasi. Jenis pendekatan ini memungkinkan untuk meninjau lebih dalam dan terperinci tentang posisi aktor dalam wacana. Namun untuk melihat bagaimana terbentuknya wacana secara utuh masih belum bisa dikatakan terperinci mengingat van Leeuwen hanya melakukan analisis pada tataran teks saja. Sejalan dengan van Leeuweun, bisa dilihat pada karya Mills 1997 yang berjudul Discourse, analisis wacana kritis dilakukannya dengan memfokuskan pada bagaimana aktor-aktor ditampilkan pada wacana. Yang membedakan keduanya adalah fokus kajian yang meraka lakukan, yakni Mills yang lebih terkenal dengan kajian wacana feminismenya. Ia ingin mengkaji bagaimana bias media dalam menampilkan wanita sehingga terjadi pemarjinalan di dalamnya. Model analisis wacana kritis Mills berusaha menghubungkan posisi aktor sosial dan posisis suatu peristiwa untuk mengungkan adanya pemarjinalan. Posisi subjek dan objek dalam suatu peristiwa dikaji secara mendalam olehnya untuk melihat aktor mana yang memiliki posisi yang lebih tinggi dan memiliki kuasa untuk menentukan wacana yang akan dilemparkan pada publik. Aktor yang berperan sebagai subjek diasumsikan sebagai aktor yang memiliki kesempatan untuk mendefinisikan dan melakukan pencitraan terhadap dirinya. Di sisi lain, aktor yang menjadi objek adalah pihak yang didefinisikan dan digambarkan kehadirannya oleh orang lain. Analisis terhadap posisi subjek- objek diyakini Mills mengandung muatan ideologi tertentu. Kelebihan pendekatan wacana kritis yang dilakukannya adalah memperhitungkan posisi pembaca dalam teks. Berita bukanlah semata sebagai hasil produksi dari pewarta berita dan pembaca tidak serta merta ditempatkan sebagai sasaran. Mills menganggap berita sebagai hasil negoisasi antara pewarta berita dan pembacanya. Berbeda dengan van Leeuwen dan Mills, pendekatan analisis wacana kritis van Dijk 1988, yang dikenal dengan pendekatan kognisi sosial, menyertakan analisis terhadap kognisi pembuat wacana dalam proses pembentukan wacana dan juga melibatkan analisis kebahasaan secara lebih mendalam untuk membongkar relasi kuasa dan dominasi yang diproduksi pada wacana. Van Dijk mengklasifikasikan elemen wacana menjadi 3, yakni teks, kognisi sosial dan konteks sosial. Tataran teks dibagi menjadi 3, yakni struktur makro, superstruktur dan struktur mikro. Struktur makro adalah strukur luar pembentuk wacana. Superstruktur berkaitan dengan skematik wacana. Struktur mikro mencakup elemen-elemen kebahasaan yang digunakan dalam wacana. Van Dijk menetapkan 4 elemen kebahasaan yang dikaji pada tataran struktur mikro, yakni elemen sintaksis, semantis, stilistik dan retoris. Kognisi sosial hadir untuk menjembatani antara teks dan konteks. Kognisi sosial berkaitan dengan proses mental dan kognisi pembuat wacana dalam proses produksi wacana. Adanya analisis terhadap kognisi sosial melalui daftar pernyaaan yang diajukan kepada pembuat wacana akan lebih memperjelas bagaimana wacana diproduksi dan konteks seperti apa yang mempengaruhinya. Untuk analisis konteks sosial dilakukan melalui studi intertekstualitas, yakni mengkaitkan suatu wacana dengan wacana terkait yng ada sebelum dan sesudahnya. Keterkaitan antara teks, kognisi sosial dan konteks sosial mencerminkan kecenderungan suatu wacana. Kelebihan proses analisis wacana yang dilakukan oleh van Dijk adalah bagaimana ia menghubungkan antara teks dan konteks melalui kognisi sosial pembuat wacana. Senada dengan van Dijk, analisis wacana kritis Fairclough 1995 dalam bukunya Critical Discourse Analysis menggunakan perantara dalam menghubungkan antara teks dan konteks, yakni melalui praktik wacana. Pendekatan analisis wacana kritis model Fairclough mengklasifikasikan tiga dimensi wacana yang terdiri atas teks, praktik wacana dan praktik sosiokultural. Dimensi teks secara bersamaan memiliki tiga fungsi, yakni representasi, relasi, dan identitas. Fungsi representasi berkaitan erat dengan bagaimana realitas sosial ditampilkan dalam bentuk teks. Praktik wacana menurut Fairclough merupakan tahapan yang berkaitan dengan bagaimana cara pemroduksi wacana membentuk sebuah wacana, dalam media massa hal ini berkaitan dengan bagaimana para pekerja media penulis berita memproduksi teks. Hal ini berkaitan dengan penulis berita itu sendiri selaku pribadi, hubungan kerja penulis berita dengan sesama pekerja media lainnya, institusi media tempat penulis berita bernaung, cara meliput berita, menulis berita, sampai menjadi berita di dalam media. Praktik sosiokultural dibagi menjadi 3 level, yakni level situasional situasi pembangun wacana, institusional pengaruh institusi dan sosial pengaruh sosial masyarakat. Perbedaan antara van Dijk dan Fairclough terletak pada tata cara analisis pada tataran teks. Meskipun Fairclough sudah melakukan analisis unsur-unsur kebahasaan yang lebih komperehensif, akan tetapi pengklasifikasian unsur-unsur kebahasaan tersebut masih belum mendetail dalam artian tidak diklasifikasikan secara gamblang unsur kebahasaan yang dikaji seperti pada analisis yang dilakukan oleh van Dijk 1988.[1] Paradigma kritis menggambarkan dunia sebagai suatu sistem yang tidak seimbang melainkan sebagai suatu sistem yang mengandung dominasi, eksploitasi, pengorbanan, penindasan dan kekuasaan. Kaum kritis berusaha untuk memperlihatkan kesalahan yang muncul pada keadaan masyarakat. Mereka cenderung tertarik dengan kelompok yang didominasi dibandingkan dengan siapa yang melakukan dominasi tersebut. Johnstone, 200226 [2] Ideologi adalah keyakinan dasar yang dimiliki oleh sebuah kelompok dan dihayati bersama oleh seluruh anggota kelompok van Dijk, 2000. Max, dalam van Dijk 2000 mendefinisikan ideologi sebagai pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepenti-ngan golongan atau kelas sosial tertentu dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Hodge dan Kress 19796 mengungkapkan bahwa ideologi adalah bentuk ide sistematis yang dibentuk melalui pandangan tertentu. Referensi Clark, Herbert. 1994. Discourse in Production. dalam Hanbook of Psycholinguistics. Academic Press Guy. 1992. The Discourse of Advertising. London Norman. 2001. Language and Power, Second Edition. England Roger et al. 1979. Language and Control. London Barbara. 2002. Discourse Analysis. UK Blackwell Publishers Sara. 1997. Discourse. London RoutledgeRenkema, Jan. 2004. Introduction to Discourse Studies. Amsterdam John Benjamins Publishing Dijk, Teun A. Critical Discourse Analysis. Dalam D. Tannen, D. Schiffrin & H. Hamilton Eds.. 2001. Handbook of Discourse Analysis. Oxford Dijk, Teun A. 1988. News as Discourse. New Jersey Lawrence Erlbaum Associates Dijk. 2000. Ideology and Discourse; A Multidisciplinary Introduction. Barelona Pompen PrabaVan Leeuwen, Theo. 2008. Discourse and Practice, New Tools for Critical Discourse Analysis. New Lihat Bahasa Selengkapnya
Membicarakan analisis wacana AW dan analisis wacana kritis AWK maka kita harus memahami dulu apa itu wacana. Wacana dalam bahasa Inggris discourse merupakan rangkaian teks baik lisan maupun tulis sebagai wujud tindak komunikasi yang mangandung gagasan dari addressor kepada addressee berdasarkan konteks tertentu Foucault, 197248-49. Terkait dengan kajian atau analisis wacana lebih menekankan pada pembahasan unsur internal linguistik, sedangkan AWK mengkaji penggunaan bahasa terkait dengan bidang ilmu lain diluar linguistik. 1. Analisis wacana Analisis wacana merupakan analisis unit linguistik terhadap penggunaan bahasa lisan maupun tulis yang melibatkan penyampai pesan dengan penerima pesan dalam tindak komunikasi Slembrouck, 20031. Analisis wacana AW bertujuan untuk mengetahui adanya pola – pola atau tatanan yang di ekspresikan oleh suatu teks. Interpretasi sutu unit kebahasaan dapat diketahui secara jelas termasuk pesan yang ingin disampaikan, mengapa harus disampaikan, dan bagaimana pesan disampaikan. Analisis wacana mengkaji unit kebahasaan dalam cakupan ilmu linguistik baik mikro seperti sintaksis, pragmatik, morfologi, dan fonologi dan linguistik makro seperti sosiolinguisitk, pragmatik, psikolinguistik. 2. Analisis wacana Kritis Analisis wacana kritis AWK didefinikan sebagai upaya untuk menjelaskan suatu teks pada fenemona sosial untuk mengetahui kepentingan yang termuat didalamnya. Wacana sebagai bentuk praktis sosial dapat dianalisis dengan AWK untuk mengetahui hubungan antara wacana dan perkembangan sosial budaya dalam domain sosial yang berbeda dalam dimensi linguistik Eriyanto, 20067. Menurut Van Djik 2001 AWK yang menitikberatkan kekuatan dan ketidak setaraan yang dibuat pada fenomena sosial. Oleh sebab itu, AWK digunakan untuk menganalisis wacana terhadap ilmu lain yang terdapat pada ranah politik, ras, gender, hegemoni, budaya, kelas sosial. Ranah kajian tersebut berpusat pada prinsip analisis wacana kritis yakni tindakan, konteks, historis, kekuasaan, dan ideologi. 3. Perbedaan analisis wacana dan analisis wacana kritis Analisis wacana lebih mengkaji pada fenomena linguistik baik mikro maupun makro, sedangkan AWK menganalisis fenomena wacana yang berhubungan dengan sosial masyarkat yakni menggali alasan mengapa sebuah wacana memiliki struktur tertentu yamg berhubungan sosial antara pihak-pihak yang tercakup dalam wacana tersebut. Untuk memedakanya dapat dilihat pada dua contoh judul jurnal dibawah ini. Representatisi gender dalam ungkapan berbahasa indonesia dan bahasa Inggris Nasionalisme dalam Novel Pada Journal yang pertama dianalisis dengan AWK yakni melihat ungkapan – ungkapan sebagai suatu unit linguistik yang terkait dengan fenomena praktik sosial wacana yakni representatif gender. Hal ini tentu terkait dengan budaya setempat bagaimana suatu ungkapan tidak lepas terhadap gender. Ungkapan terntentu akan berbeda jika diucapakan oleh laki – laki atau perempuan. Sejalan dengan contoh diatas pada tagline “penak jaman ku tho” dengan gambar mantan presiden Soeharto juga dapat dikaji degan AWK, karena syarat akan prinsip analisis hisotris yakni bagaimana perbadingan kesejahteraan pada pemerintahan Soeharto dengan sekarang . Hal ini tentu dapat dirasakan oleh mereka yang merasakan kehidupan sejak orde baru dan pasca reformasi. Baca Fenomena Wacana dalam Praktek Sosial, Ideologi, Kekuasaan, Budaya Disisi lain, AWK dapat melihat bahwa tagline Soeharto tersebut merupakan media yang berusaha mengangkat stigma Soeharto. Hal ini merupakan suatu peran media dalam memberikan wacana kepada masyarkat sehingga melakukan perbandingan dengan kekuatan politik politic power yakni zaman dahulu lebih enak dari zaman sekarang yang disebar oleh kekuatan media media power. Kekutan media tersebut akan menjadikan suatu wacana lebih dominan dari wacana lain tidak dominan termarginalkan. Bisa saja media secara sengaja menyampaikan wacana dominan yakni lebih sejahtera zaman Soeharto, sebaliknya zaman sekarang lebih susah adalah gambaran wacana yang tidak dominan. Selain itu, melalui wacana suatu kelompok dapat digambarkan menjadi lebih baik atau lebih buruk. Bisa saja disembunyikan bahkan menjadi wacana yang termarginalkan. Sebagai seorang pembaca harus lebih kritis lagi yakni tidak bisa langsung menerima wacana yang ada karena pembaca memiliki kemungkinan wacana lain yang tidak sependapat dengan wacana penyampai pesan. Hal tentu akan mengakibatkan wacana menjadi hilang, karena perlu disadari bahwa setiap media memiliki kepentingan. Pada contoh jurnal yang kedua yakni “nasionalisme dalam novel” dapat dikaji dengan analisis wacana yakni mengkaji fenomena linguistik yang terdapat pada novel serta konteks situasi yang memperlihatkan lingkungan dari penggunaan bahasa yang memaut wacana. Sehingga dapat ketahui fungsi dan konteks wacana nasiolisme bagaimana wacana nasionlisme di relalisasikan dalam unit bahasa. Lebih lanjut lagi pemikiran nasionalisme tersebut tentu berusaha disampaikan oleh penulis novel kepada pembaca. Referensi Eriyanto. 2006. Analisis Wacana Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta LkiS. Slembrouck, Steff. 2009. What is Meant by Discourse Analysis. Belgium Ghent University. Van Dijk, T. 2001. Methods of critical discourse analysis. UK SAGE Publications. Beli Buku Sekarang »
perbedaan analisis wacana dan analisis wacana kritis